AMBON,Radar News.id.—Dalam rangka upaya mencegah penyebaran paham Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme (IRET) di kalangan pelajar terus diperkuat. Tim Cegah Satgas Wilayah (Satgaswil) Maluku hadir sebagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada siswa SMP Negeri 14 Ambon, Sabtu (13/12/2025).
Kegiatan
yang berlangsung di SMP Negeri 14 Ambon, Jalan Kebun Cengkeh, Desa Batu Merah,
Kecamatan Sirimau, Kota Ambon tersebut diikuti sekitar 300 peserta yang terdiri
dari siswa, dewan guru, serta jajaran tenaga pendidik.
Penjabat
Kepala SMP Negeri 14 Ambon, Ramli, S.Pd, menegaskan pentingnya peran sekolah
dalam mencegah masuknya paham intoleransi dan radikalisme di lingkungan
pendidikan. “Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Tim Cegah
Satgaswil Maluku atas pembinaan dan edukasi yang diberikan kepada para siswa.
Kegiatan ini sangat penting sebagai upaya membentengi peserta didik dari
pengaruh paham intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme sejak
dini,” ujar Ramli.
Ia
juga menekankan bahwa materi yang disampaikan harus menjadi pembelajaran
berkelanjutan di lingkungan sekolah. “Kami mengimbau seluruh guru dan siswa
untuk mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh. Materi pembinaan ini akan
kami tindak lanjuti dan sampaikan kembali dalam proses pembelajaran agar
nilai-nilai toleransi, kebangsaan, dan cinta damai benar-benar tertanam dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah,” tambahnya.
Menurutnya,
sinergi antara pihak sekolah dan aparat menjadi kunci dalam menjaga lingkungan
pendidikan tetap aman dan kondusif. “Sekolah tidak bisa bekerja sendiri.
Kolaborasi dengan aparat dan semua pihak sangat diperlukan untuk menjaga
anak-anak kita agar tetap fokus pada pendidikan dan tidak mudah terpengaruh
oleh informasi maupun paham yang menyimpang,” tutup Ramli.
Sementara
itu, IPTU Irawan Rumasoreng, selaku Ketua Tim (Katim) Cegah Satgaswil Maluku
Densus 88 AT/Polri, dalam pemaparannya menjelaskan berbagai strategi pencegahan
penyebaran paham IRET di kalangan pelajar, khususnya pada usia SMP/MTs yang
dinilai rentan terpapar.
Dalam
kegiatan yang diawali dengan pembinaan pada apel pagi tersebut, IPTU Irawan
mengangkat tema “Pengaruh Media Sosial hingga Terpaparnya Siswa SMP/MTs
terhadap Aksi Terorisme di Indonesia.”
Ia
menegaskan bahwa terorisme bukanlah ajaran agama tertentu, melainkan sebuah
proses yang berawal dari sikap dan pola pikir intoleran yang kemudian
berkembang menjadi radikalisme dan ekstremisme.
“Anak-anak
dan remaja saat ini menjadi sasaran empuk penyebaran paham radikal, terutama
melalui media sosial dan platform digital, termasuk game online. Karena itu,
penting bagi siswa untuk bijak dalam menggunakan media sosial,” jelasnya.(*/RN)

