Ambon.RadarNews.id--Kota Ambon kembali diguncang aksi kekerasan yang mengejutkan publik. Seorang kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) UIN AMSA Ambon, Ozi Rumain, menjadi korban pembacokan sadis di Lorong Putri, Kecamatan Sirimau, pada malam Selasa (18/11).
Insiden itu terjadi saat korban pulang bersama enam rekannya, yang mayoritas merupakan mahasiswa asal Tual dan Seram. Di tengah perjalanan, rombongan tersebut tiba-tiba dicegat dan dikepung sekelompok pria tak dikenal. Para pelaku langsung menyerang menggunakan suitir loring, senjata tajam sejenis parang yang biasa digunakan dalam aksi kekerasan.
Akibat serangan brutal tersebut, Ozi mengalami luka yang sangat parah. Kepalanya retak, sementara tangan dan tubuhnya penuh luka sabetan. Saat ini korban masih terbaring lemah di rumah sakit dan menunggu operasi besar.
“Kondisinya sangat kritis. Luka di kepala sangat parah,” ungkap salah satu anggota keluarga korban.
Pihak keluarga menegaskan bahwa mereka telah melaporkan kasus ini secara resmi ke Polresta Ambon dan Polda Maluku. Mereka meminta aparat bertindak cepat karena pelaku yang masih berkeliaran dianggap sangat membahayakan masyarakat.
“Kami meminta Kapolda Maluku turun tangan langsung. Kalau dalam 24 jam pelaku tidak ditangkap, keluarga akan bertindak sendiri,” tegas perwakilan keluarga dengan nada penuh emosi.
Desakan keras juga datang dari internal HMI. Mereka menilai penanganan aparat lamban dan tidak sesuai dengan standar kasus penganiayaan berat yang hampir merenggut nyawa.
“Kader kami sedang berjuang di meja operasi. Jika pelaku belum ditangkap dalam 24 jam, ribuan kader HMI dan mahasiswa UIN AMSA Ambon akan mengepung Polda Maluku,” ujar salah satu senior HMI.
Ancaman mobilisasi besar-besaran ini disebut sebagai bentuk protes atas dugaan kelalaian aparat dalam menangani kasus yang dianggap sebagai upaya pembunuhan.
Hingga berita ini diterbitkan, masyarakat masih menantikan langkah cepat dari pihak kepolisian. Aksi brutal yang terjadi di tengah kota tersebut telah memicu kecaman luas dan menimbulkan kekhawatiran, terlebih pelaku masih bebas berkeliaran.
Kasus ini diprediksi menjadi sorotan publik dalam beberapa hari ke depan, mengingat tekanan besar dari keluarga korban, mahasiswa, dan organisasi kepemudaan.(RUS-SLP-RN)

