Ambon,RadarNews.id — Aksi kriminal jalanan kembali menodai rasa aman masyarakat Kota Ambon. Syarifudin Suatrat (20), warga THR 2 Ahuru, menjadi korban pembacokan keji oleh kawanan begal pada Jumat dini hari sekitar pukul 04.00 WIT (14/11/2025). Ironisnya, peristiwa tersebut terjadi tepat di depan Markas Detasmen Kavaleri, persis di kawasan yang bersebelahan dengan Lapangan Merdeka—lokasi yang seharusnya berada dalam pengawasan ketat aparat keamanan.
Menurut penuturan ibu korban, Samsia Bahi, insiden bermula ketika Syarifudin dan beberapa rekannya dalam perjalanan pulang dari kawasan Waringin. Saat melintas di sekitar Masjid Alfatah, mereka menyadari bahwa dua kendaraan tak dikenal mengikuti mereka. “Pelaku awalnya memotong teman anakku yang di tengah, tapi hanya terserempet. Tidak lama kemudian mereka memotong tangan kanan anakku,” ungkap Samsia saat dihubungi media ini.
Tebasan parang pelaku membuat tangan Syarifudin hampir putus. Ia segera dievakuasi ke RS Leimena untuk menjalani operasi darurat dan hingga kini masih dalam perawatan intensif. “Benar, saat ini anak saya masih dirawat,” ujar Samsia dengan penuh kekhawatiran.
Keluarga korban berharap aparat keamanan—baik polisi maupun unsur TNI—segera bertindak cepat dan mengungkap siapa pelaku tindakan brutal tersebut. Laporan telah disampaikan kepada pihak kepolisian, termasuk permintaan untuk memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.
Kasus ini mencuat ke publik setelah Ocin Erna Suatrat, kerabat korban, mengunggah kondisi Syarifudin di media sosial. Dalam unggahannya ia menuliskan, “Ambon sedang tidak baik-baik saja,” menggambarkan keresahan warga terhadap meningkatnya tindak kriminal beberapa waktu terakhir. Saat dikonfirmasi RadarNews.id melalui pesan Messenger, Ocin menyebut hingga kini pelaku belum juga ditangkap.
Yang makin membuat masyarakat geram adalah lokasi terjadinya tindak kriminal tersebut—tepat di depan markas TNI. “Kalau di depan markas TNI saja tidak aman, lalu di mana lagi masyarakat bisa merasa aman?” keluh Ocin dalam unggahannya yang kini viral dan dibanjiri komentar warganet.
Peristiwa ini kembali menambah daftar panjang kasus pembegalan di Kota Ambon. Namun yang menjadi sorotan tajam adalah lambatnya respons aparat keamanan. Publik mempertanyakan keseriusan pemerintah dan kepolisian dalam menjaga stabilitas keamanan kota, terlebih ketika aksi kejahatan bisa terjadi di area yang seharusnya menjadi zona aman.
Masyarakat kini menuntut langkah konkret, bukan hanya imbauan atau janji penertiban. Keamanan adalah hak dasar warga, dan insiden ini menjadi indikator bahwa penegakan hukum di Ambon sedang berada dalam kondisi genting. Aparat diharapkan bekerja cepat, profesional, dan transparan agar rasa percaya publik tidak semakin tergerus.(RN-SLP)

